Terima Kasih Kunjungan dan Apresiasi Anda ke Penyair Kalimantan Barat

Senin, 22 Maret 2010

Bernard S. Y. Batubara





Bernard S. Y. Batubara, lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 9 Juli 1989. Mahasiswa jurusan S1 Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Aktif menulis puisi di beberapa komunitas penulis/sastra dan milis di internet. Juga menyimpan sajak-sajaknya di blog pribadi : bisikanbusuk.blogspot.com








Tulisan yang Menulis


aku tak mau dendam pada malam yang kau tuliskan
di sepanjang nyanyian laut karam
meski tengadah jemariku tak henti melangkahkan doa-doa
ke tengah merah bibirmu,
jangan berani kau kabulkan peluh yang kuhapus
bersama keluh bersama lenguh dadaku
aku tak mau
tak hendak menempelkan luka
ke tepi pundak pantai
tempat kau bersantai dengan
dayu debur banyu
kaukah penjebak raung perasaan?
kaukah yang menyeret dada ke dalam geram berkepanjangan?
kaukah perangkap semalam?
kaukah yang membunuh mata dengan tangis tak berkesudahan?
kaukah pengganggu doa yang mencampakkan mimpi-mimpi dan khayalan,
memusnahkan tubuh-tubuh penuh harapan?
sungguh
apa lagi yang akan kau tulis
saat langit gelap telah menyerap habis
semua tangis semua darah
menyulap malam pucat menjadi
reruntuhan amarah
apa lagi yang akan kau tulis
saat cinta tak lagi mengekalkan sejarah
..
(Yogyakarta. Oktober 2008)

Dalam Kata

bagaimana menjemput kata dalam riuh,
menariknya hingga pingsan dalam diam?
(Yogyakarta. Oktober 2008)
Kuntum Puisi
semua kau adalah pucuk duri
menuju leherku
(Yogyakarta. Oktober 2008)
Tuhan
menujuNya kah segala puisi akan berbalik,
menampakkan diri?
.(Yogyakarta. Oktober 2008)
Masihkah Hanya?
masihkah bulan memantulkan matahari
setelah penyair jenuh bergulat dengan puisi
masihkah tanduk menancap daging
atau hanya akan terbingkai?
..
(Yogyakarta. Oktober 2008)

Lamunan

seperti sunyi yang kau endap
di helai rumput
secarik angin tak mampu menebarnya
ke semua padang
resaplah semampumu malam yang berduka
malam yang menghambur seluruh kenang
hingga laut menjadi gerah
lalu bulan telah jatuh di balik jendela
mana yang lebih puisi
laut itu yang bergolak
ataukah airmata mu?
..
(Yogyakarta. Oktober 2008)
Adalah Mungkin
adalah nelayan yang memburu
ikan dalam puisi
tebar, tebarlah jala
ke seluruh laut dan rimba
akan terjebak kepada kau
kata demi kata
sebar, sebarlah ke semua senja
kepada kau
akan membias segala makna
segala makna
mungkin
..
(Yogyakarta. Oktober 2008)

Di Pasir Panjang, Singkawang

lalu angin yang kau sumpah
menaburkan wangi ke setiap kata
ke arah mana tangis itu melayang
hingga tak sempat pipi menawar basahnya
lalu airmata tersangkut di layar perahu
kau menari di pematang laut sebagai ombak
sementara aku duduk diam
di paha pantai, melempar puisi
melempar puisi
..
(Yogyakarta. Oktober 2008)

Pengemis

seberapa hitam langit
ketika kau merebahkan mata
di kucuran hujan
dan tamparan angin
juga tatapan bulan yang dingin
melaut sudah
geliat cemas yang kau lempar
ke liang-liang udara
bukankah setiap marah itu yang ingin kau bungkus
bersama kulit matahari?
agar ia meleleh
agar aku menoleh
(dan kau menari lagi)
..
(Yogyakarta. Oktober 2008)

Intro

penyair menari anggun dalam kamar seorang pelacur
semalam suntuk menumpahkan anggur
ke lantai kata-kata
denting gelas kaca
hentakan sepatu dansa
sepuluh macam jari
sepuluh macam mata
mabuk penyair goyah menapak mencari wanita
pelacur
pelacur
pelacur!
selembar sajak basah, anggur muntah
sebab penyair telah mati di denting pertama
..
(Yogyakarta. Oktober 2008)

Coda

gemulai angin di rambutmu menebar senja
ke semua laut
temaram langit tak akan memutus hangat bara
di ujung kepala
di bibir pantai
di bibirmu
kelapa menyulam bunga atas hasrat meminang laut
kau melerai ombak dengan jerit bernama sunyi
..
(Yogyakarta. Oktober 2008)

Aku Menyeduh Arti Puisi

aku menyeduh arti puisi
dalam secangkir kopi tak berampas
aku menyeduh arti puisi
di sepotong cinta yang terhempas

(anjongan. 2008. 28 september)